30 Oktober 2007

BMG: Waspadai Banjir, Pemerintah diminta membenahi drainase

JAKARTA -- Hujan yang beberapa hari terakhir mengguyur ibu kota mendorong Departemen Pekerjaan Umum (DPU) dan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) mulai mewaspadai ancaman banjir.

Kabid Informasi dan Meteorologi BMG, Ahmad Zakir, menegaskan ancaman banjir tahun ini perlu diwaspadai sejak dini. Memang, katanya, saat ini masih musim pancaroba. "Kami hanya mencatat prediksi cuaca harian dan bulanan. Jadi bisa saja terjadi hujan lebat," ujarnya, Ahad (28/10), di Jakarta, terkait tinggi rendahnya curah hujan.

Pernyataan senada dilontarkan Kepala Balai Besar Wilayah Ciliwung Cisadane, Departemen Pekerjaan Umum, Pitoyo Subandriyo. Pemerintah DKI Jakarta, katanya, diminta segera melakukan normalisasi drainase (saluran air) selokan maupun sungai, khususnya di kawasan pemukiman dan perkantoran.

"Saluran drainase di Jakarta kurang berfungsi optimal sehingga rawan genangan air. Untuk itu perlu segera dilakukan normalisasi," ujar Pitoyo. Dia menambahkan upaya mengatasi banjir perlu dilakukan jauh sebelum musim penghujan. Seperti pemeliharaan sungai-sungai yang melewati Jakarta, yaitu sungai Ciliwung, Pesanggrahan dan Bekasi. 

Antisipasi lain yang dilakukan adalah penguatan tebing hulu dan hilir kali Bekasi sepanjang 1.300 meter; penguatan Cengkareng drain sekitar 350 meter; serta penguatan Ciliwung seluas 1.000 meter persegi serta revitalisasi kali dan situ di sekitar kawasan tersebut. ''Upaya struktur maupun non struktur telah kami dilaksanakan. Upaya penyadaran masyarakat juga sangat penting dalam menghindari bahaya banjir,'' paparnya.

Lebih lanjut, Pitoyo mengatakan, untuk mengantisipasi banjir pihak PU telah menyiapkan pompa pada beberapa tempat di beberapa perumahan yang rawan genangan banjir. Seperti perumahan Bintaro, Bekasi serta kawasan Kemang. Selain itu, tambahnya, telah disiagakan perahu karet. Namun, menurut Pitoyo, yang paling penting dilakukan pemerintah saat ini adalah menormalisasi saluran dari sumbatan sampah.

''Masyarakat seharusnya juga mulai dihimbau tidak tinggal di pinggiran sungai,'' ungkapnya.

Sementara, Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto mengharap tidak terjadi banjir di Jakarta. Sebagai langkah nyata antisipasi banjir, hari Sabtu (27/10) kemarin, DKI melakukan gladi bersih banjir di area Kalimalang, Jakarta Timur. "Semoga tak ada banjir yang tidak bisa diatasi, makanya kita buat latihan menghadapi banjir di beberapa lokasi dekat sungai," katanya. Melalui pelatihan tersebut, ia mengungkapkan, masyarakat dikondisikan waspada banjir sehingga tidak tergagap-gagap.

Sebagai tindak antisipasi banjir, Pemprov KDI Jakarta akan menerjukan 3.500 personil berasal dari gabungan dari Trantib, Dishub, Kepolisian serta Dinas Pemadam Kebaratan. Menurut wagub, paling penting dalam penanganan banjir adalah kecepatan pengiriman bantuan. Apabila terlambat, dipastikan korban yang jatuh akan lebih banyak. Selain itu juga diperlukan kesiapan aparat pemerintah dari Kelurahan hingga RW dan RT.

''Jakarta rawan bencana seperti kebakaran banjir sehingga penanganannya harus sistematis dan terpadu,'' jelas wagub.

Berdasarkan data Satkorlak DKI Jakarta, sekitar 40 persen luas DKI Jakarta atau setara dengan 24 ribu hektare merupakan dataran rendah. Khususnya wilayah Jakarta Utara. Daerah tersebut diantaranya di wilayah Sungai Bumbu, Papanggo, Warakas dan lainya ketinggiannya berada dibawah muka air laut pasang. Daerah rendah yang sudah ditanggulangi baru sekitar sembilan ribu hektare.

Sedangkan Daerah aliran sungai di Jakarta meliputi 13 sungai yakni untuk daerah hilir seperti sungai Mookervarte, Angke berasal dari aliran sungai Pesanggrahan, Grogol, Krukut hingga Kali Baru Barat. Sedangkan sungai Cakung berasal dari aliran sungai Jati Kramat, Bauran, Sunter, Cipinang, Kali baru Timur dan Ciliwung. Untuk DKI Jakarta menurut pantuan terdapat 78 daerah genangan air.

http://republika.co.id/koran_detail.asp?id=311738&kat_id=3

Tidak ada komentar: