30 Oktober 2007

'Uang Kopi' Rela Malaysia

Cerita nestapa Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang menjadi 'sapi  perahan', rupanya tak hanya terjadi di Tanah Air. Sudah menjadi rahasia umum, ketika TKI mengurus kelengkapan surat-surat untuk berangkat ke luar negeri hingga pulang kembali di Tanah Air, khususnya di bandara, mereka selalu dikutip uang oleh petugas dengan alasan bermacam-macam. Tatkala bekerja di mancanegara sekalipun, ternyata 'pahlawan devisa' ini juga masih kerap menjadi 'sapi perahan' oleh petugas negara setempat.

Sejumlah TKI asal Kab Tulungagung, Jawa Timur, kini mengeluhkan petugas Rela Malaysia yang sering mengutip 'uang kopi' kepada mereka. ''TKI tak hanya menjadi 'sapi perahan' Polisi Diraja, tetapi Rela Diraja juga ikut-ikutan melakukannya sekarang,'' kata Bilal (45 tahun), salah seorang TKI asal Kec Boyolangu, Tulungagung.

Sekadar diketahui, Rela Malaysia adalah petugas semacam anggota Pertahanan Sipil (Hansip). Rela Malaysia diberi wewenang untuk merazia 'TKI kosongan' alias ilegal. Namun dalam menjalankan tugasnya mereka kerap menyalahgunakan kewenangannya dan berulah menjengkelkan. Mereka sering 'membidik' para TKI dengan kedok meminta 'uang kopi'.

Selain itu banyak Rela yang sebenarnya tak paham soal keimigrasian. Tindakan Rela Malaysia itu pun menjadi duri tersendiri bagi para TKI. ''Tak jarang, jika mendapati 'TKI kosongan', mereka tak segan-segan minta 'uang kopi'. Banyak TKI kita yang jadi korban target 'uang kopi'  
para Rela,'' ungkap Bilal.

Besaran 'uang kopi' yang diminta Rela Malaysia itu jika dirupiahkan sekitar Rp 15 ribu hingga Rp 25 ribu. Bilal, TKI yang sudah lebih 15 tahun tinggal di Malaysia secara ilegal, menuturkan biasanya para Rela meminta 'uang kopi' manakala mendapati TKI yang dicurigai tidak memiliki dokumen keimigrasian. ''Begitu menjumpai TKI yang dicuriga, mereka langsung action. Tak segan-segan, mereka minta jatah 'uang kopi' secara paksa,'' kata Bilal. Dirinya pun kerap menjadi objek 'pemerasan' anggota Rela Malaysia itu.

Nanang (22 tahun), seorang TKI lain yang kini sedang mudik, juga mengakui jika Rela Malaysia sering main target kepada TKI dengan meminta 'uang kopi'. ''Saya dan kawan-kawan pun sering ditarget Rela dengan dimintai 'uang kopi'. Mereka memang menjengkelkan,'' kata Nanang yang bulan depan berencana kembali mengais rejeki ke negeri jiran itu.

Diakui para TKI, Rela yang diberi kewenangan menertibkan TKI ilegal juga tidak didukung pengetahuan yang baik soal aturan-aturan keimigrasian. Karenanya, mereka seringkali dibuat dongkol terhadap ulah Rela yang kerap merazia seenaknya para TKI di jalanan maupun di kongsi-kongsi.

Bukti minimnya pengetahuan para anggota Rela ini pernah dilihat sendiri oleh Nanang. ''Pernah saya tunjukkan paspor dan permit, mereka ngotot dokumen milik saya itu katanya palsu. Padahal, dokumen itu asli,'' kata Nanang dibenarkan rekan TKI lainnya. Kondisi seperti ini, dirasakan Nanang, sangat menyulitkan.

Karena setingkat dengan Hansip, menurut para TKI, menjadi sangat wajar jika ternyata banyak Rela yang dari sisi sumber daya manusia (SDM) berkualitas rendah. ''Mereka itu rakyat biasa yang diberi wewenang untuk menertibkan TKI ilegal. Hanya, dalam menjalankan tugasnya Rela  
Malaysia juga mengenakan uniform (seragam),'' tutur Soim, TKI lainnya yang kini juga tengah mudik ke kampung halamannya di Tulungagung. 

Belakangan, bagi masyarakat Indonesia, ulah Rela Malaysia ini memang banyak menjadi sorotan. Mereka sempat menyulut hubungan pemerintah RI-Malaysia bersitegang. Itu menyusul penahanan terhadap Muslianah Nurdin, istri Atase Pendidikan Kedubes Indonesia di Malaysia yang dilakukan Rela. Konon, aksi Rela Malaysia ini juga memantik kemarahan sejumlah politisi di Senayan (atau anggota DPR RI). Nanang dan TKI asal Kab Tulungagung lainnya berharap, pemerintah RI mendesak pemerintah Malaysia agar Rela tidak semena-mena terhadap TKI yang mengadu nasib di negeri sana.

Tak hanya sampai pada tingkat 'uang kopi'. Ternyata akibat tindakan Rela itu, banyak TKI yang akhirnya ditahan dan dijebloskan ke penjara. ''Setahun lalu, saya dipulangkan dari Malaysia karena tak memberi 'uang kopi'. Saya dan kawan-kawan ditangkap Rela dan dijebloskan penjara memang karena tak memiliki dokumen imigrasi. Saya memang TKI kosongan,'' kata Bilal mengakui.

Yang menjengkelkan lagi, tutur para TKI, dalam menjalankan tugasnya, Rela Malaysia seringkali keluar masuk ke kongsi-kongsi yang dijadikan mess para TKI. Menurut pengakuan para TKI, tak jarang, mereka menggeledah barang-barang milik TKI tanpa permisi. Akibat kejadian itu, mereka pun meminta pemerintah Malaysia mengkaji ulang keberadaan Rela yang diberi kewenangan merazia TKI ilegal. Permintaan itu tentunya agar Rela Malaysia tidak membuat kehidupan TKI menjadi semakin sulit.

Kepala Dinas Tenaga Kerja Pemerintah Kab Tulungagung, Bangun Harmanto, membenarkan jika kini banyak TKI dari Malaysia asal Tulungagung dikenai 'uang kopi' oleh Rela Malaysia. ''Ternyata sama juga petugas di sini dan di sana. Suka mencari kesempatan dalam kesempitan TKI,'' kata Bangun, dengan nada sinis.

Untuk itu, dia pun meminta agar para TKI yang akan berangkat ke mancanegara memiliki dokumen-dukumen resmi. Paling tidak, menurut dia, dengan dokumen yang lengkap mereka akan sulit untuk dimintai 'uang kopi' oleh Rela Malaysia.


http://republika.co.id/koran_detail.asp?id=311739&kat_id=3

Tidak ada komentar: